Total Pengunjung Mulai Oktober 2015

Powered by Blogger.

Pages

Followers

Entri Populer

Template Information

Tuesday, November 14, 2017

HANTU = Antara Dongeng dan Agama

by KANG WAS  |  in ARTIKEL at  10:44 PM




MUQODDIMAH
 Masyarakat Indonesia mengenal berbagai jenis hantu (makhluk spiritual) sehingga banyak istilah yang muncul untuknya. Misalnya: kuntilanak, sundel bolong, tuyul, pocong, genderuwo, siluman dan masih banyak lagi lainnya.
Pembahasan tentang hantu merupakan pembahasan yang penting karena berhubungan erat dengan aqidah. Namun, pembahasan ini cukup jarang yang mengupasnya terlebih pembahasan yang berlandaskan dalil. Oleh karenanya, kami merasa perlu untuk membahasnya sebab banyaknya kerancuan seputar masalah ini, bahkan ada anggapan sebagian kalangan bahwa Islam tidak membahas tentangnya, bahkan ada yang melampaui batas sehingga menganggap bahwa hantu adalah salah satu Tuhan(!). Maha Suci Allah سبحانه و تعالى dari ucapan mereka.1
Nah, tulisan ini akan lebih difokuskan pada hadits-hadits Nabi صلى الله عليه وسلم yang membicarakan tentang "hantu" karena dalam sebagian hadits ada penjelasan tentang adanya hantu tetapi dalam hadits lain ada penjelasan bahwa hantu itu tidak ada. Lantas, bagaimana cara mengkompromikannya?!!
 1.     Para ulama telah menulis secara khusus tentang masalah "hantu" seperti Muhammad bin Ahmad bin Thulun ash-Shalihi (wafat 953 H) dalam bukunya Bughyatus Sul fi Ma Warada fil Ghul sebagaimana dalam al-Fuluk al-Maskhun fi Ahwali Muhammad bin Thulun hlm. 30 dan at-Tadzkirah at-Taimuriyyah hlm. 292. Dan pada zaman sekarang, Syaikhuna Masyhur bin Hasan alu Salman telah menulis buku berjudul al-Ghul Bainal Hadits Nabawi wal Mauruts Sya'bi cet. Dar Ibnul Qayyim, KSA, cet. pertama, 1409 H. Dan dalam pembahasan ini, kami banyak mengambil manfaat dari buku beliau tersebut beserta nukilan-nukilannya. Perhatikanlah!!
 

TEKS HADITS
عَنْ جَابِرٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: لَاعَدْوَى وَلَا طِيَرَةَ وَلَا غُولَ
Dari Jabir رضي الله عنه berkata, "Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda, 'Tidak ada penyakit menular, thiyarah (merasa sial), dan Ghul (hantu)."
SHAHIH. Diriwayatkan Imam Muslim dalam Shahih-nya no. 2222, Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Tahdzibul Atsar no. 25, Ali bin Ja'ad dalam Musnad-nya no. 2693, al-Baghawi dalam Syarhus Sunnah no. 3251, Ahmad dalam Musnad-nya 3/293, Ibnu Abi Ashirn dalam as-Sunnah no. 281, ath-Thahawi dalam Musykilul Atsar 1/340 seluruhnya dari jalur Abu Zubair dari Jabir.
Dan riwayat Abu Zubair dari Jabir adalah lemah, sebab Abu Zubair adalah seorang mudallis (menyembunyikan cacat) dan dia meriwayatkan dengan lafazh 'an (dari). Namun, hadits iru shahih karena dalam jalur lain telah ditegaskan bahwa Abu Zubair mendengar langsung dari Jabir, sebagaimana dalam jalur Ibnu Juraij dalam riwayat Ibnu Jarir dalam Tahdzibul Atsar no. 26, ath-Thahawi dalam Musykilul Atsar 1/340, Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah no. 268, Ibnu Hibban dalam Shahih-nya no. 6095.
Hadits ini sangat jelas menunjukkan penafian (peniadaan) adanya Ghul. Apa yang dimaksud dengan Ghul? Berikut ini ungkapan beberapa ucapan ulama dan ahli bahasa tentangnya:
·           Ibnu Duraid berkata, "Ghul menurut orang Arab adalah tukang sihir dari kalangan setan dan jin. Inilah pendapat al-Ashma'i."1 
·           Ibnul Manzhur berkata, "Ghul adalah penyihir dari jin."2 
·           Ibnu Katsir berkata, "Ghul dalam bahasa Arab artinya jin yang tampak di malam hari."3
·           Al-Jahidz berkata, "Ghul adalah ungkapan untuk jin yang mengganggu orang yang bepergian dan menjelma dalam beberapa bentuk, baik berjenis pria atau wanita."4 
Dari sini dapat kita ketahui bahwa hantu (Ghul) bukanlah arwah gentayangan atau orang mati yang bisa hidup kembali arwahnya untuk balas dendam, karena semua itu adalah khurafat yang batil, sejenis dengan reinkarnasi yang merupakan aqidah orang-orang kafir yang dibatalkan oleh Islam.

1.     Jamharatul Lughah 3/150
2.     Lisanul 'Arab 11/510
3.     Tafsir al-Qur'anil 'Azhim 1/313
4.     Al-Hayawan 6/442

SEKILAS BERTENTANGAN
 Hadits di atas menunjukkan bahwa hantu itu tidak ada, namun dalam hadits lainnya Nabi صلى الله عليه وسلم menetapkan adanya hantu, diantaranya adalah hadits Abu Ayyub رضي الله عنه sebagai berikut:
عن أبي أيوب الأنصاري : أَنَّهُ كَانَتْ لَهُ سَهْوَةٌ فِيهًا تَـمْرٌ، فَكَانَتْ تَـجْئُ الْغُولُ، فَتَأْخُذُ مِنْهُ، قَالَ: فَشَكَا ذَلِكَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قال: فَاذْهَبْ، فَإِذَا رَأَيتَهَا فَقَلَ: بِسْمِ اللهِ أَجِيْبِـي رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: فَأَخَذَهَا، فَحَلَفَتْ أَنْ لَا تَعُودَ، فَأَرْسَلَها، فَجَاءَ إِلَى رسول الله صلى الله عليه وسلم فقال: مَا فَعَلَ أَسِيْرُكَ: قَالَ: حَلَفَتْ أَنْ لَا تَعُودَ، فَقَالَ: كَذَبْتُ، وَهِيَ مُعَاوِدَةٌ لِلْكَذِبِ، قال: فَأَخَذَهَا مَرَّةً أُخْرَى، فَحَلَفَتْ أَنْ لَا تَعُودَ، فَأَرْسَلَها، فَجَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم فقال: مَا فَعَلَ أَسِيْرُكَ: قَالَ: حَلَفَتْ أَنْ لَا تَعُودَ، فَقَالَ: كَذَبْتُ، وَهِيَ مُعَاوِدَةٌ لِلْكَذِبِ، فَأَخَذَهَا، فقال: مَا أَنَا بِتَارِكِكِ، حَتَّى أَذْهَبَ بِكَ إِلَى النبي صلى الله عليه وسلم، فَقَالَتْ: إِنِّـي ذَاكِرَةٌ لَكَ شَيْئًا آيَةَ الْكُرْسٍيِّ، اِقْرَأْهَا فِي بَيْتِكَ، فَلَا يَقْرَبُكَ شَيْطَانٌ، وَلَا غَيْرٌهٌ، قال: فَجَاءَ إِلَى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: مَا فَعَلَ أَسِيْرُكَ: قَالَ: فَأَخْبَـرَهُ بِـمَا قَالَتْ، قَالَ: صَدَقْتُ وَهِيَ كَذُوبٌ
Dari Abu Ayyub رضي الله عنه bercerita bahwa dirinya memiliki sebuah rak/lemari kecil, lalu hantu datang seraya mengambil (baca: mencuri) isinya. Akhirnya beliau mengeluhkan hal itu kepada Nabi صلى الله عليه وسلم, maka Nabi صلى الله عليه وسلم berkata kepadanya, "Apabila kamu melihatnya maka katakanlah: 'Dengan nama Allah, penuhilah Rasulullah.'" Ketika hantu itu datang lagi, maka Abu Ayyub mengatakan seperti yang dipesankan Nabi صلى الله عليه وسلم seraya menangkapnya, tetapi hantu itu mengatakan, "Saya berjanji tidak akan datang lagi kemari." Mendengarnya, Abu Ayyub melepaskannya. Ketika dia bertemu dengan Nabi صلى الله عليه وسلم maka Nabi bertanya kepadanya, "Apa yang diperbuat oleh tawananmu?" Abu Ayyub menjawab, "Saya menangkapnya tetapi dia berjanji padaku untuk tidak kembali lagi sehingga saya lepaskan lagi." Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, "Dia akan kembali lagi." (Kata Abu Ayyub:) Saya telah menangkapnya dua atau tiga kali tetapi dia selalu berjanji padaku untuk tidak kembali lagi. Suatu saat ketika saya menangkapnya, dia mengatakan padaku, "Lepaskanlah aku dan saya akan mengajarkan kepadamu sebuah ucapan yang jika engkau membacanya niscaya engkau tidak diganggu oleh setan yaitu bacaan Ayat Kursi." Abu Ayyub lalu datang kepada Nabi seraya mengabarkan omongan hantu tersebut, lalu Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda, "Dia benar dalam hal ini, padahal dia adalah pembohong."1
SHAHIH. Diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi no. 2880, Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf 10/397-398, ath-Thabarani dalam al-Mu'jam al- Kabir no. 4011, Abu Nu'aim dalam Daldil Nubuwwah hlm. 526, al-Hakim dalam al-Mustadrak 3/459, ath-Thahawi dalam Musykilul Atsar 5/423.
Hadits ini memiliki banyak jalur dan penguat dari hadits Ka'ab bin Malik, Abu Hurairah, Muadz bin Jabal, Buraidah, Abu Usaid as- Sa'idi, dan sebagainya رضي الله عنهم. Oleh karenanya, Imam Hakim رحمه الله berkata, "Hadits-hadits ini apabila kumpulkan maka menjadi hadits yang masyhur." Dan Imam Dzahabi رحمه الله berkata mengomentari hadits di atas, "Ini adalah jalur hadits ini yang paling bagus." Dan dishahihkan Syaikh Albani رحمه الله dalam Shahih Sunan at-Tirmidzi no. 2880.
Hadits ini dan hadits-hadits lainnya menunjukkan tentang adanya hantu.2  Hal ini di-perkuat oleh ucapan sebagian ulama bahwa banyak para sahabat yang melihat hantu, di antaranya adalah Umar bin Khaththab رضي الله عنه.3 Imam Qurthubi رحمه الله juga berkata, "Mayoritas orang Arab banyak bercerita dan mengaku bahwa mereka pernah melihat hantu."4 
Dan dalam hadits ini terdapat faedah lainnya yaitu mungkinnya seorang untuk melihat jin dan hantu tetapi bukan dengan bentuk asli mereka dan bahwasanya hantu bisa berubah-rubah wujudnya5  karena mereka adalah tukang sihir dari kalangan jin sebagaimana kata Umar bin Khaththab رضي الله عنه 'Tidak ada seorang pun yang bisa berubah dari wujud asli ciptaan Allah, tetapi pada mereka (jin) terdapat tukang sihir seperti pada kalian (manusia). Karena itu, jika kalian melihat hantu maka kumandangkan adzan."6 
Al-Hafizh Ibnu Hajar رحمه الله berkata, "Banyak sekali hadits yang menunjukkan bahwa mereka bisa berubah wujud. Ahli kalam berselisih tentang hal itu. Ada yang berpendapat bahwa itu hanya fiktif/khayalan belaka dan tidak ada yang bisa berubah wujud. Dan ada yang berpendapat bahwa mereka bisa berubah wujud tetapi bukan dengan kemampuan mereka namun dengan melakukan ritual-ritual seperti sihir."7

1.     Teks arab hadits kami ambil dari Terjemah Shahih Tirmidzi. Ibnu Majjah
2.     Sebagaimana dikatakan oleh Al-Hafizh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 4/489, al-Baihaqi dalam Dalail Nubuwwah 7/121, Ibnu Katsir dalam Tafsir-nya 1/314 dan al-Mubarokfuri dalam Tuhfatul Ahwadzi 8/185.
3.     Seperti diceritakan oleh al-Qazwini dalam 'Ajaibul Makhluqat 2/176-177, ad-Damiri dalam Hayatul Hayawan al-Kubra 2/196, al-Mas'udi dalam Muruj Dzahab 2/169
4.     Lihat Tafsir al-Qurthubi 15/87.
5.     Oleh karena itu, dari berbagai riwayat hadits Abu Ayyub رضي الله عنه bahwa hantu itu berwujud seekor kucing lalu berubah menjadi nenek tua. Dalam hadits Ubai bin Ka'ab رضي الله عنه hantu itu berwujud bocah kecil bertangan dan berambut anjing. Dalam hadits Mu'adz رضي الله عنه hantu itu berwujud gajah.
6.     Shahih. Dikeluarkan oleh Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf 5/162, Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf 10/397, Ibnu Hazm dalam al-Fishal 5/5. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Fat-hul Bari (6/344), "Sanadnya shahih."
7.     Fat-hul Bari 6/344

MENGURAI BENANG KUSUT
Bila kita cermati dua hadits di atas, sekilas nampak ada kontradiksi, sebab di satu sisi Nabi صلى الله عليه وسلم meniadakan adanya Ghul (hantu), tetapi di sisi lain beliau juga menetapkan wujudnya. Oleh karena itu, para ulama berusaha untuk menjelaskan duduk permasalahan tersebut dan pendapat mereka terpolar menjadi tiga pendapat:

Pendapat pertama: Hantu itu tidak ada wujudnya
 Mereka mengatakan: Hantu hanyalah untuk meriakuti-nakuti saja tetapi sebenarnya wujud mereka tidak pernah ada. Di antara yang berpendapat demikian adalah al-Mabrid, Abdurrahman al-Maidani, dan Syaikh Muhammad Rasyid Ridha beliau mengatakan, "Pendapat yang kuat dan masuk akal bahwa hantu itu hanyalah fiktif dan khayalan belaka yang tidak ada faktanya. Bisa jadi orang yang melihatnya karena melihat hewan yang aneh seperti kera."1
Namun, pendapat ini lemah sebab bertentangan dengan hadits Abu Ayyub رضي الله عنه dan atsar Umar bin Khaththab رضي الله عنه di atas.

1.     Tafsir al-Manar 7/526. Lihat pula al-Hayawan 6/472 oleh ad-Damiri, Dhawabith al-Ma'rifah wa Ushul Istidlal wal Munazharah hlm. 31 oleh Abdurrahman al-Maidani, dan Bulughul 'Arab 2/348 oleh al-Alusi.

Pendapat kedua: Hantu pernah ada kemudian sudah tidak ada lagi
 Pendapat ini dikuatkan oleh Imam Thahawi رحمه الله, beliau mengatakan setelah membawakan hadits Abu Ayyub رضي الله عنه, "Dalam hadits ini Nabi صلى الله عليه وسلم menetapkan adanya hantu, namun dalam hadits-hadits sebelumnya Nabi صلى الله عليه وسلم meniadakannya. Mungkin seorang akan mengatakan bahwa ini adalah kontradiksi antara hadits Nabi صلى الله عليه وسلم. Kita jawab: Tidak ada kontradiksi antara keduanya karena bisa jadi hantu memang ditetapkan dalam hadits Abu Ayyub namun setelah itu diangkat oleh Allah sebagaimana dalam hadits Jabir Inilah metode yang paling baik untuk mengkompromikan antara hadits-hadits ini."1 Pendapat ini juga dikuatkan oleh Ibnu Malik.2
Namun, pendapat ini juga lemah karena tidak ada dalil yang jelas akan adanya nasikh mansukh (ada yang menghapus dan dihapus).

1.     Musykilul Atsar 1/342 dan dinukil oleh al-Ubai dalam Ikmalu Ikmalil Mu'lim Syarh Shahih Muslim 6/40.
2.     Mabariqul Azhar 1/238


Pendapat ketiga: Pendapat yang kuat
 Mayoritas ulama mengatakan bahwa maksud Nabi صلى الله عليه وسلم "Tidak ada Ghul" bukan berarti tidak ada wujud hantu, tetapi maksud Nabi صلى الله عليه وسلم adalah meniadakan kepercayaan dan khurafat yang beredar di masa jahiliah (hingga sekarang) -bahwa hantu makan manusia, menyesatkan manusia di jalan, bebas menjelma seenaknya, dan sebagainya.
Pendapat ini adalah pendapat yang lebih kuat ditinjau dari beberapa alasan sebagai berikut:
1.  Tidak terbukti secara syar'i, akal, dan fakta bahwa hantu memakan manusia, penampakan di lembah-lembah seperti khurafat-khurafat yang beredar.
2.  Nabi صلى الله عليه وسلم mengiringkan peniadaan hantu dengan peniadaan penyakit menular, bulan Shafar, dan thiyarah (merasa sial) padahal Nabi صلى الله عليه وسلم juga menetapkan adanya penyakit menular, sehingga para ulama menjelaskan bahwa maksud ucapan Nabi صلى الله عليه وسلم bahwa tidak ada penyakit menular yakni keyakinan jahiliah bahwa penyakit itu menular dengan sendirinya, bukan berarti tidak ada penyakit menular sama sekali.1
Ibnu Jarir ath-Thabari رحمه الله mengatakan, "'Dalam sabda Nabi صلى الله عليه وسلم 'Tidak ada Ghul/hantu' terdapat penjelasan bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم membatalkan kepercayaan jahiliah tentang hantu bahwa mereka bisa menolak bahaya dan memberikan manfaat tanpa campur tangan Allah سبحانه و تعالى. Oleh karena itu, Nabi صلى الله عليه وسلم mengiringkannya dengan kepercayaan bangsa Arab lainnya bahwa hal-hal tersebut bisa membahayakan dan bermanfaat dengan sendirinya seperti penyakit menular, bulan Shafar, dan thiyarah."2
3.  Imam Nawawi رحمه الله berkata, "Mayoritas ulama mengatakan, 'Bangsa Arab berkeyakinan bahwa hantu dari jenis setan di lembah-lembah bisa menjelma dengan berbagai bentuk lalu menyesatkan jalan mereka lalu membinasakan mereka. Oleh karenanya, Nabi صلى الله عليه وسلم membatalkan hal itu. Ulama lainnya mengatakan, 'Maksud hadits ini bukanlah peniadaan wujudnya hantu, melainkan maksudnya adalah membatalkan keyakinan orang Arab bahwa hantu bisa menjelma dalam berbagai bentuk lalu menyesatkan manusia."3
4. Dalam beberapa hadits dari Abu Ayyub رضي الله عنه, Ubai bin Ka'ab رضي الله عنه, dan sebagainya ditunjukkan bahwa maksud peniadaan dari hantu adalah bukan peniadaan wujud mereka, melainkan keyakinan orang Arab tentang hantu. As-Suhaili berkata, "Makna 'Tidak ada Ghul/hantu' adalah Nabi صلى الله عليه وسلم membatalkan keyakinan jahiliah seputar dongeng-dongeng dan khurafat tentang hantu."4 Al-Baghawi juga berkata, "Sabda Nabi صلى الله عليه وسلم 'Tidak ada Ghul/hantu' bukanlah berarti tidak ada wujud hantu, melainkan maksudnya adalah tidak ada kepercayaan Arab yang mengatakan bahwa hantu bisa menjelma kepada manusia dengan berbagai bentuk lalu menyesatkan mereka dan membinasakan mereka. Syari'at mengabarkan bahwa hantu tidak mungkin bisa melakukan semua itu berupa penyesatan dan kebinasaan kecuali dengan izin Allah."5

1.     Lihat secara luas tentang masalah penyakit menular dalam tulisan kami "Penyakit menular antara ilmu hadits dan ilmu medis" di www.abiubaidah.com
2.     Tahdzibul Atsar 1/36-37. Lihat pula Ikmalu Ikmalil Mu'lim 6/40-41 oleh al-Ubai, Faidhul Qadir 6/434 oleh al-Munawi.
3.     Syarh Shahih Muslim 14/216
4.     Ar-Raudh al-Anif 7/295,296. Lihat pula Khizdnatul Adab 11/314 oleh al-Baghdadi, al-Fathur Rabbani 17/194 oleh as-Sa'ati.
5.     Syarhus Sunnah 12/173

 
BENTENG DIRI DARI GANGGUAN HANTU
 Syari'at Islam telah sempurna, tidak ada suatu kebajikan apa pun kecuali telah dijelaskan dan tidak ada suatu keburukan pun kecuali telah diperingatkan. Di antara hal yang dijelaskan oleh Islam adalah kiat-kiat agar terhindar dari gangguan hantu. Bagaimana caranya? Ikutilah petunjuk berikut:
1.  Membaca nama Allah
Dalam hadits Abu Ayyub di atas dikisahkan bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda:
فَقَلْ بِسْمِ اللهِ أَجِـيْبـِى رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم
"Katakanlah bismillah (dengan nama Allah), penuhilah Rasulullah صلى الله عليه وسلم"
2.  Membaca Ayat Kursi
Dalam hadits Abu Ayyub صلى الله عليه وسلم di atas juga disebutkan bahwa hantu yang ditangkapnya mengatakan pada Abu Ayyub "Lepaskanlah aku dan saya akan mengajarkan kepadamu sebuah ucapan yang jika engkau membacanya niscaya engkau tidak diganggu oleh setan yaitu bacaan Ayat Kursi." Abu Ayyub lalu datang kepada Nabi seraya mengatakan omongan hantu tersebut, lalu Nabi صلى الله عليه وسلم bersaba: Dia benar dalam hal ini, padahal dia adalah pembohong.
3. Berdzikir dan melakukan ketaatan
     Hal ini berdasarkan sabda Nabi صلى الله عليه وسلم:
لَا تَجْعَلُوا بُيُوتَكُمْ مَقَابِر، إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَـيْتِ الَّذي تُقْرأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
"Jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya setan lari dari rumah yang dibacakan di dalamnya Surat al-Baqarah." (HR. Muslim: 1860)
At-Turkumani صلى الله عليه وسلم pernah bercerita bahwa salah seorang gurunya sering diganggu oleh hantu ketika malam hari sehingga melempari batu dan membuat penghuni rumah takut, lalu beliau dan rekannya pergi ke rumah sang guru dan membaca Surat al-Baqarah secara sempurna kemudian berdoa. Setelah itu, rumah tersebut tidak lagi diganggu oleh hantu. Semua itu adalah karena keberkahan al-Our'an.1
4.  Menghilangkan rasa takut terhadap hantu
Inilah wasiat Umar bin Khaththab رضي الله عنه tatkala mengatakan, "Buatlah hantu takut kepada kalian sebelum mereka membuat kalian takut."2
5.  Tidak bergadang larut malam
Hal ini berdasarkan hadits:
إِيَّاكَ وَالسَّمَرَ بَعْدَ هَدْأَةِ اللَّيْلِ، فَإِنَّكُمْ لَا تَدْرُوْنَ مَايَاْتِي اللهُ مِنْ خَـلْقِهِ
Janganlah kalian bergadang ketika malam sudah sunyi/hening, karena kalian tidak tahu apa yang Allah datangkan dari makhluk-Nya."3
6.  Mengumandangkan adzan
Ada beberapa hadits yang lemah tentang masalah ini, tetapi ada hadits yag shahih yang dijadikan dasar oleh ulama dalam masalah ini yaitu:
إِذَ أَذَّنَ الْـمُؤَذِّنُ أَدْبَرَ الـشَّيْطَنُ وَلَهُ حُصَاصٌ
“Sesungguhnya apabila muadzin mengumandangkan adzan maka setan akan lari dengan terkentut-kentut."4
Abu Awanah mengatakan setelah meriwayatkan hadits ini, “Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa seorang apabila merasa ada hantu atau mendapati orang yang kesurupan lalu dia adzan maka setan akan lari darinya.” Dan ini juga didukung oleh atsar Umar bin Khattab رضي الله عنه yang lalu, karena atsar tersebut adalah shahih, dan sekalipun hanya sampai kepada Umar (mauquf) namun hukumnya marfu’ (sampai kepada Nabi صلى الله عليه وسلم)
Demikianlah pembahasan singkat tentang hantu. Kita berdo’a kepada Alloh عزّوجلّ agar menjaga kita semua dari godaan setan yang terkutuk dan memberikan kita semua kebahagiaan dan ketenteraman di dunia dan akhirat. Amin ya Rabbal alamin.

1.     Lihat al-Luma' fil Hawâdits wal Bidâ' hlm. 436-437
2.     Hasan. Dikeluarkan oleh Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf. 9250, Abu Ubaid dalam Gharibul Hadits 3/325 dan dihasankan oleh Syaikhuna Masyhur bin Hasan Salman dalam kitabnya al-Ghûl hlm. 116. Dan lihat makna atsar ini dalam an-Nihâyah fi Gharîbil Hadîts 2/6 oleh Ibnul Atsir, Gharîbul Hadîts 1/210-211 oleh al-Khaththabi, al-Fâ'iq 4/103 oleh az-Zamakhsyari.
3.     Hasan. Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak 4/284 seraya mengatakan, "Hadits ini shahih sesuai dengan syarat Muslim, tetapi keduanya tidak meriwayatkannya." Dan disetujui oleh adz-Dzahabi, tetapi Syaikh al- Albani hanya menyatakan hasan dalam Silsilah al-Ahâdits ash-Shahîhah 4/346.
4.     HR. Muslim: 883, Ad-Daraquthni dalam al-Mu’talif wal Mukhtalif 2/962 dan Abu Awanah dalam Musnad-nya 1/334-335

SUMBER : www.ibnumajah.com
 

0 comments:

Proudly Powered by Blogger.